NUR
ENDAH L.
210609011
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pendahuluan
Pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran
yang menekankan pada pemberian
pengalaman langsung (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak (Depdiknas, 2006). Hal ini sesuai
dengan karakteristik siswa usia SD/MI kelas I -III masih sangat tergantung pada
respon indera, artinya apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan sangat
mendominasi apa yang mereka pahami.
Oleh karena itu, hal tersebut dijadikan
dasar oleh Pemerintah untuk menerapkan pembelajaran tematik kepada siswa SD/MI
kelas awal (kelas I – III). Dalam pembelajaran tematik terdapat karakteristik, prinsip pelaksanaan,
dan juga memiliki rambu-rambu pembelajaran yang harus di ketahui dan dipahami oleh
seorang guru agar dalam proses pelaksaan pembelajaran tematik tersebut dapat
berjalan secara optimal. Disini
saya cantumkan karakteristik, prinsip dasar, dan juga rambu-rambu pembelajaran tematik;
semoga dapat bermanfaat.
1.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Depdiknas (2006) menyampaikan karakteristik-karakteristik
pembelajaran tematik yang merupakan hasil kajian secara filosofis, psikologis,
dan instruksional sebagai berikut:[1]
a. Berpusat pada siswa
Dalam
pembelajaran tematik siswa yang aktif berbuat, guru hanya sebagai fasilitator
yang memperlancar proses pembelajaran agar mengarah kepada tujuan pembelajaran.
Semua kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang mendaya fungsikan siswa
sebagai subyek belajar. Kelas adalah ajang pembelajaran bagi siswa untuk
mengembangkan segala kemampuan dirinya.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan
pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal- hal yang lebih abstrak.[2]
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik kita tidak mengenal kata ’Sekarang
kita belajar matematika, belajar IPA, dan seterusnya. Kegiatan berlangsung
seperti air mengalir, tanpa terasa siswa masuk pada konsep bilangan asli kurang
dari 20 dengan menyanyikan lagu ”Balonku” atau menghitung anggota tubuh kita
sambil menyenandungkan kalimah Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, dan
seterusnya. Dengan demikian pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran
tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. [3]
e. Bersifat fleksibel
Guru diberi keleluasaan (fleksibelitas)
untuk berkreativitas mengaitkan materi suatu mata pelajaran dengan materi mata
pelajaran lain. Untuk membangkitkan motivasi, guru dapat mengaitkan dengan
segala sesuatu yang akrab dengan siswa (kehidupan dan lingkungan sekitar
mereka).
f. Hasil pembelajaran sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa
Pembelajaran tematik berusaha mengakomodasi
minat, kebutuhan, dan potensi siswa agar berkembang maksimal. Pembelajaran
dirancang sesuai dengan usia dan memberikan kesempatan kepada semua kecerdasan
terpendam dapat terasah.
g.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Bermain adalah suatu aktifitas yang
dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh permainan yang mereka lakukan di
usia dini. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:
a)
Mempengaruhi
perkembangan fisik anak.
b)
Dapat digunakan
sebagai terapi.
c)
Dapat mempengaruhi
pengetahuan anak.
d)
Mempengaruhi
perkembangan kreativitas anak.
e)
Mengembangkan
tingkah laku sosial anak.
f)
Dapat mempengaruhi
nilai moral anak.
Banyak kegiatan yang
dapat dikategorikan sebagai bermain. Secara garis besar terdapat dua jenis permainan, yaitu: permainan aktif dan permainan pasif.
Permainan aktif contohnya adalah:
bermain bebas dan spontan, drama, bermain musik, mengumpulkan dan mengoleksi
sesuatu, dan permainan olahraga. Sedangkan contoh permainan pasif adalah
membaca, mendengar radio, dan menonton televisi.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan
pula dalam www p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik pembelajaran
terpadu/tematik sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2)
menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui
pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, 5)
sarat dengan muatan keterkaitan.
2. Prinsip Dasar
pembelajaran Tematik
Dalam
menerapkan dan melaksanakan pembelaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang
perlu diperhatikan, yaitu:[4]
a. Penggalian Tema.
Penggalian tema
merupakan prinsip utama dalam
pembelajaran tematik. Artinya tema-tema saling tumpang tindih ada keterkaitan
menjadi terget utama dalam pembelajran. Dengan demikian dalam pengalian tema
tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan:
o Tema hendaknya tidak
terlalu luas, namun dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak mata
pelajaran.
o Tema harus bermakna,
maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi
siswa-siswi untuk belajar selanjutnya.
o Tema harus disesuaikan
dengan tingkat psikologis anak
o Tema harus mewadahi
sebagian besar minat anak
o Tema hendaknya
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di rentang waktu
belajar
o Tema hendaknya sesuai
dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
o Tema hendaknya sesuai
dengan ketersediaan dengan sumber belajar
b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran.
Dalam pembelajaran
tematik, guru hanya fasilitator maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Guru tidak menjadi
single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran
b) Pemberikan tanggung
jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya
kerjasama kelompok
c) Guru harus
mengakomodasi terhadap ide-de yang terkadang sama sekali tidak terpikir dalam
perencanaan
c. Prinsip Evaluasi.
Berkaitan dengan evaluasi ini diperlukan langkah-langkah positif antara
lain,
a. Memberikan kesempatan
kepada siswa-siswi untuk mengevaluasi diri sendiri (self avaluasion) di samping
bentuk evaluasi lain.
b. Guru perlu mengajak
siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan
kreteria keberhasilan pencapaian tujuan
d.
Prinsip Reaksi
Pada umumnya dampa pengiring yang penting bagi
perilaku secara sadar belum tersentuh dalam pembelajaran. Karena itu guru
dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tercapai secara
tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi
siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit
melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai sebagai
dampak pengiring.
3.
Pelaksanaan / Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagi berikut:
1.
tidak semua mata pelajaran
harus dipadukan;
2.
dimungkinkan terjadi
penggabungan kompetensi dasar lintas semester;
3.
kompetensi dasar yang
tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang
tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri;
4.
kompetensi dasar yang
tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain
maupun disajikan secara tersendiri;
5.
kegiatan pembelajaran
ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman
nilai-nilai moral; dan
6.
tema-tema yang dipilih
disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah
setempat (Depdiknas, 2006)[5]
KESIMPULAN
Pembelajaran
tematik merupakan suatu pembelajaran yang berpusat ada siswa, sehingga dalam
prosesnya pembelajaran ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan
berprinsip belajar sambil bermain. Karena karakteristik siswa pada kelas satu
sampai kelas tiga cara berfikirnya dengan memandang sesuatu secara serentak
maka diharapkan dengan penyajian materi yang berupa dengan tema-tema, yang
memadukan beberapa mata pelajaran dapat memudahkan siswa untuk memusatkan
pikiran dan juga lebih bermakna bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Lapis PGMI